Saturday, June 9, 2018

I want GOD, that's all!

4b "Hal ini tidak Kukatakan kepadamu dari semula, karena selama ini Aku masih bersama-sama dengan kamu, 5 tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? 6 Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita. 7 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. (Yohanes 16:4b-7)


Bagi murid-murid dan orang-orang yang mengikut Tuhan Yesus, kedatangan-Nya menjadi sebuah berkat indah dan sukacita yang besar setelah ratusan tahun tidak ada surat atau pesan yang disampaikan para nabi Tuhan, seolah Allah diam dalam waktu yang cukup lama.

Kemudian kematian-Nya di kayu salib memberikan duka dan kebingungan. Mungkinkah sukacita itu sudah berakhir? Padahal yang sedang terjadi adalah sebuah Karya Penebusan Tuhan bagi keselamatan umat-Nya.

Kebangkitan-Nya dan kehadiran-Nya kembali ditengah para murid akhirnya menghapus segala duka. Dan iman mereka pun dikuatkan karena Firman Tuhan telah digenapi dan mereka punya pengharapan akan hidup kekal, bukan lagi kehidupan sia-sia yang berakhir dalam maut. 

Waktu pun berjalan dan sukacita itu akhirnya kembali menjadi dukacita karena Tuhan Yesus berkata akan pergi kepada Bapa. Namun bukan untuk meninggalkan umat-Nya melainkan untuk mengirimkan seorang Penolong yaitu Roh Penghibur, Allah Roh Kudus yang akan selalu menyertai. Kini Tuhan bukan lagi Pribadi yang begitu jauh tetapi Tuhan yang akan tinggal dalam hati dan selalu menyertai.

***   

Rencana Tuhan selalu untuk kebaikan anak-anak-Nya. Namun siapakah yang mampu memahami pikiran-Nya? 

Mungkin kita sering tidak memahami rencana Tuhan, tapi biarlah dengan begitu iman kita semakin bertumbuh, dan kepercayaan kita semakin teguh. Kebaikan Tuhan dinyatakan bukan karena Tuhan mengikuti keinginan kita namun karena Dia selalu punya rencana yang jauh lebih indah dan lebih baik.

Jika kita saja masih belum mengenal diri kita dengan sempurna, bagaimana kita memahami kebutuhan apa yang baik untuk hidup kita?

Jika kita masih belum mengenal Tuhan dengan sempurna, ketidak mengertian kita seharusnya bukan menjadi hal buruk yang harus kita keluhkan, namun menjadi sebuah kesadaran bahwa kita masih belum mengenal-Nya dengan baik. 

Tapi hidup kekristenan bukan hanya tentang kehidupan manusiawi yang terpelihara sempurna oleh Tuhan sampai kita kembali ke rumah Bapa. Bukan juga tentang kebutuhan-kebutuhan jasmani yang terpenuhi karena kita beriman pada Tuhan. Karena semuanya itu tentu terpenuhi ketika Tuhan yang adalah sumber segala hal yang baik tinggal dalam hidup kita. Hidup kekristenan bukan tentang hidup dalam kelimpahan atau kekurangan, tapi tentang hidup dalam Tuhan, sebuah relasi antara umat dengan Tuhannya, antara anak-anak dengan Bapanya, antara murid dengan Gurunya, antara hamba dan Tuannya. Mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua itu akan ditambahkan kepada kita. (Mat 6 : 33) Dan segala sesuatu yang ditambahkan bagi kita itu bukanlah yang utama dalam hidup orang-orang kristen.

Kita mungkin tahu tentang Tuhan, tapi kita tidak benar-benar mengenal-Nya sehingga kita tidak tahu bagaimana menghormati kehadirat Tuhan baik dalam ibadah, saat teduh atau dalam kehidupan sehari-hari. (Mar 7 : 6)

Kita mungkin tahu tentang Tuhan, tapi kita tidak benar-benar mengenal-Nya karena kita mengabaikan "posisi"-Nya dengan memusatkan hidup pada diri sendiri. Kita diciptakan [dirancang] untuk Tuhan dan jika kita hidup untuk kepentingan diri sendiri, akhirnya kita pun menderita oleh karena keinginan-keinginan kita. (Kej 1 : 26 - 28)


Kita mungkin tahu tentang Tuhan, tapi kita tidak benar-benar mengenal-Nya sehingga kita tidak benar-benar tahu bagaimana menjadi semakin serupa dengan Tuhan Yesus.(1 Yoh 2 : 1 - 6)

Tanpa relasi yang baik, pengenalan kita akan Tuhan tidak mungkin bertumbuh. Tanpa relasi yang baik dengan Tuhan, kita hanya akan terpuruk dalam ketidak mengertian lalu tenggelam dalam segala macam persoalan serta beban berat yang seharusnya tidak kita pikul dan mengganggu kedamaian hati kita.

Dunia telah rusak oleh dosa, masihkah kita berharap pada dunia? Berharaplah pada Tuhan. Jadikanlah Tuhan sebagai satu-satunya sumber sukacita. Karena demikianlah kita diciptakan, yaitu bagi Tuhan Sang Pemilik hidup kita.

Biarlah kita terus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan dan semakin mengasihi-Nya. Sampai kita benar-benar memahami bahwa hanya dalam Tuhan saja kita memiliki hidup yang utuh dan menikmati keindahan-Nya. Memandang keindahan-Nya bukan dengan mata jasmani yang hanya mampu melihat materi yang ada di sekeliling kita, tapi dengan mata rohani yang Tuhan karuniakan pada kita. Seperti Daud dalam Mazmur  73 : 25, kita pun boleh berkata: I want God, That's all!
 
Selamat berlibur!
Biarlah libur panjang tidak membuat kita libur juga dari persekutuan dengan Tuhan. :)

Full of faith, full of the Holly Ghost, No room for anything else. No room for pride, no room for promotion, no room for ambition, no mood desire to be known. I want God, that's all. A man who is intimate with God, will never be intimidated by men. Leonard Ravenhill 

Baca Juga : Cultivating Your Inner Life With God

Thursday, May 10, 2018

Cultivating Your Inner Life With GOD

Sebuah Catatan dari Gunung Geulis, 20 - 22 April 2018. Saat mengikuti retreat Alone With God. Menikmati ajaran Tuhan dalam keheningan dan sejenak rehat dari segala kesibukan dan hiruk pikuk ibu kota.

Berawal dari kesedihan dan kegalauan membayangkan "Bagaimana jika nanti pada saat Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya, Dia berkata 'Aku tidak mengenal kamu', seperti cerita perumpamaan gadis-gadis bodoh dalam Mat 25 : 1 - 13." Betapa sedih dan sakitnya hati kita jika Pribadi yang kita sembah dan layani berkata demikian dalam sebuah pertemuan yang sudah lama dinanti-nantikan. Oleh karena hati kita sama sekali tidak tertuju pada-Nya.

Mungkin saat ini kita boleh dalam kondisi baik, tapi bagaimana dengan nanti? Dengan segala tawaran dunia yang menyesatkan masihkah kita setia pada akhirnya?

Pertanyaan yang mengganggu ini sedikit terpulihkan ketika seorang teman memberikan info sebuah retreat, Alone with God (Retreat of Silence) yang diadakan oleh Perkantas dengan tema Cultivating Your Inner Life with GOD. Mungkin ini jawaban dari Tuhan, sebuah anugerah untuk belajar bagaimana memiliki inner life, karena Tuhan melihat hati. Biarlah hati ini sungguh menyenangkan Tuhan.

Thursday, May 3, 2018

Allah itu Baik





Alkitab berisi tentang kisah orang-orang pilihan yang "kita sebut sangat diberkati", bukan karena mereka hidup dalam kelimpahan materi versi dunia tapi kelimpahan kasih Tuhan yang tercurah lewat pengalaman mereka bersama Tuhan menghadapi setiap permasalahan hidupnya. Yusuf, Daniel, Rut, rasul Paulus ...

Bahkan Ayub pada akhir segala macam kesengsaraan yang datang bertubi-tubi padanya, boleh mengalami sebuah perjumpaan dengan Allah (Ayub 38-42). Sebuah berkat yang indahnya tak tertandingi oleh apapun.

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Ayub 42:5

Ketika kita meresponi kesengsaraaan dengan ketekunan, kita sedang melatih diri untuk menjadi orang yang mampu merespon kesengsaraan dengan pengharapan akan Tuhan. Dan pengharapan itu tidak mengecewakan. Sampai kita boleh menjalani kehidupan ini dengan perkataan iman : Semua Baik.

Roma 5:3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 5:4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5:5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

Relasi kita dengan Tuhan menjadi semakin sempurna ketika kita mengenal Tuhan bukan hanya lewat pembacaan firman Tuhan tapi juga saat firman itu boleh kita lakukan dengan tekun untuk semakin kita pahami; bukan juga karena menikmati hadirat Tuhan lewat doa-doa yang kita naikan di waktu-waktu khusus saat bersekutu dengan-Nya tapi juga lewat perjumpaan dengan Tuhan saat kita menyaksikan kuasa Tuhan nyata dalam setiap perbuatan-Nya, memberikan pertolongan saat kita tak mampu melewati berbagai kondisi yang harus kita hadapi, mengalami dengan nyata bahwa pengharapan dalam Tuhan tidak mengecewakan.
Jika kekristenan adalah sebuah relasi antara kita dengan Tuhan, bagaimana bisa kita disebut memiliki relasi dengan Tuhan jika kita "mengenal/mengetahui" tentang Tuhan hanya dari kata orang?

Jika segala sesuatu membuat kita semakin mendekat kepada Tuhan, semakin mengenal pribadi-Nya dan menikmati keindahan-Nya, bukankah berarti segala sesuatu itu indah? Semua Baik. Allah itu baik. Biarlah kebenaran bahwa Allah itu baik juga bukan hanya kita nikmati sendiri, tapi hidup kita juga boleh menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Allah itu sungguh baik.

Tuesday, April 24, 2018

Manakah Kehendak Allah?

 
"Lakukanlah / Pilihlah / Ambilah / ... yang sesuai dengan kehendak Tuhan, karena kehendak Tuhan itu pasti yang terbaik". Kalimat saran ini sering sekali kita terima bahkan kita ucapkan untuk orang yang sedang ingin mengambil keputusan atau tindakan.

Lalu tidak jarang juga responnya "Itu dia, gimana caranya kita tahu mana yang kehendak Tuhan dan mana yang bukan?". Kalau seandainya disuruh pilih korupsi atau jujur? tentu kita tau mana yang kehendak Tuhan, tapi bagaimana jika pilihannya bukan tentang taat atau langgar?

Seberapa sering kita berada dalam kondisi "Mencari kehendak Tuhan" ketika pilihannya "kiri atau kanan?, Maju atau diam?, Ambil atau simpan?, Lepaskan atau perjuangkan?, Pergi atau Tinggal?, Terima atau tolak?, Putus atau lanjut?" ehhhhh . Bukan pilihan yang sudah pasti kita tahu salah atau benar, tapi pilihan yang sama sekali tidak mampu kita ketahui akan dibawa pada kehidupan seperti apakah kelak setelah kita ambil salah satu dari apa yang menjadi pilihan kita.  

Atau mungkin dalam hal sederhana, postingan media sosial misalnya, pernahkah kita mempertanyakan ini sebelum kita post sesuatu di akun media sosial kita? : "Posting gak yaaaa?", Pernahkah kita bertanya "Apakah posting 'ini' di (IG, FB, Path, dll) adalah kehendak Tuhan?".

Berbicara tentang kehendak Tuhan rasanya memang cukup sulit untuk dipahami. Ada yang bilang : "Kalau kita dekat dengan Tuhan kita pasti tau mana kehendak Tuhan", Bahkan ada yang lebih ekstrim berkata : "Kalau kita dekat dengan Tuhan, keinginan kita akan selalu mengarah pada kehendak Tuhan", tapi sayangnya jawaban ini malah memunculkan pertanyaan lain : "Bagaimana kita mengukur apakah kita dekat atau jauh ? Seberapa dekatkah kita, sampai keinginan kita selalu mengarah pada kehendak Tuhan?"

Tidak hanya tentang pilihan yang belum kita tahu benar atau salah, kita juga sering menghadapi pilihan yang sudah jelas kita pahami sebagai kehendak Tuhan namun tetap sulit untuk memilih, misal: "Tolong atau abaikan?, bergosip atau diam? Mencela atau mengasihi?, Maafkan atau benci?, Berkata kasar atau berkata bijak?"

Yah begitulah, katanya hidup selalu menawarkan banyak pilihan. Entah itu pilihan yang sudah jelas dapat dibedakan sebagai baik atau buruk, atau semua baik namun kita tidak tahu mana yang benar. Apapun itu, kehendak Tuhan-lah yang benar untuk dipilih.

Tapi bagaimana kita tahu dan akhirnya mampu bertindak dengan penuh keyakinan melakukan kehendak Tuhan?

Roma 12 : 1 - 2
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Ayat ini sepertinya sedang mengarahkan kita bagaimana caranya memahami kehendak Tuhan. 

Mempersembahkan hidup kita -- Tidak serupa dengan dunia (Galatia 5 : 19 - 21) -- Mengalami pembaharuan budi (Mau berubah) → Dapat membedakan manakah kehendak Allah.

Mempersembahkan diri artinya kita memberikan seluruh hidup kita untuk Tuhan, kesenangan kita bukan lagi tentang kesenangan yang dunia ajarkan, bukan lagi tentang keinginan lahiriah yang fana dan akan binasa, tapi tentang hidup yang memuliakan Tuhan.

Mungkin praktisnya, ketika kita diperhadapkan dengan pilihan, kita bisa mengajukan pertanyaan pada diri kita sebelum mengambil tindakan: 

  • Apakah pilihan yang akan kita ambil itu membuat dunia memandang pada kemuliaan Tuhan? atau membuat dunia memandang keberadaan kita?
  • Siapakah fokus dalam setiap keputusan yang kita ambil? Tuhan? atau keinginan daging kita?
  • Apakah tindakan kita membuat dunia memuliakan Tuhan? Atau malah mempermalukan Tuhan?

    Bukankah ketika kita mengaku "sudah lahir baru", artinya kita mengakui bahwa bukan kita lagi yang hidup? Manusia lama kita telah mati dan kita hidup dalam Kristus yang hidup dalam hati kita. Siapakah yang mau kita senangkan?
Padahal kalau memang Kristus tinggal dalam hati kita, dalam hidup kita (Gal 2:20) tentu ketika kehidupan kita menyenangkan Tuhan, kita pun ikut berbahagia di dalam Tuhan. Tapi seringkali kita membalikan keadaannya, kita mengejar kesenangan kita dan berdalih Tuhan pun pasti senang tapi secara tidak langsung kita sedang mengabaikan Tuhan lalu berakhir dengan kekecewaan.

Setelah belajar ini, mungkin pilihannya sekarang bukan lagi "Manakah kehendak Allah?" tapi "Maukah kita mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah?". Menjadikan Tuhan sebagai fokus utama dalam setiap tindakan kita. Kehendak Tuhan selalu yang terbaik, dan hanya di dalam tangan Tuhan saja kita aman.

Wednesday, April 11, 2018

Beratkah Beban Itu?



Marilah kepada-Ku , semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Matius 11 : 28

Jika perjalanan kita semakin berat, mungkin itu menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang harus kita lepaskan. Mungkin ada sesuatu yang kita genggam begitu erat membebani kehidupan kita. 

Mari kita serahkan apapun itu kepada Tuhan, entah dengan iman percaya bahwa Tuhan turut bekerja supaya kita menang akan hal itu, atau mempercayakan Tuhan akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih kekal, lebih indah dari yang kita harapkan. 

Lalu Tuhan pun melanjutkan perkataanya :

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Matius 11 : 29

Menyangkal diri sering terdengar bagi kita sesuatu yang menakutkan atau "merugikan", tapi ketika kita mau melepaskan apa yang seharusnya tidak kita pikul dan taat memikul kuk dari Tuhan, sebenarnya kita sedang dimerdekakan dari sesuatu yang membuat hidup kita berat, lalu memperoleh sesuatu yang banyak orang cari dan yang hanya kita peroleh dalam Tuhan, yaitu ketenangan seperti yang Dia janjikan.

Apakah yang harus kita lepaskan? (Popularitas? Keakuan? eksistensi? Pengakuan? Pengampunan? Pujian? Uang? kebanggaan? keinginan-keinginan semu, bahkan impian kita dan banyak hal lagi)

Lalu Apakah kuk yang Tuhan mau supaya kita pikul?

Biarlah jawaban ini kita peroleh dalam relasi yang semakin erat dengan Tuhan. Biarlah kita boleh selalu merindukan hadirat Tuhan dan memberikan waktu kita untuk bersekutu dengan Tuhan. Seperti ajakan Tuhan yg tertulis dalam firman-Nya di Mat 11:28-29 yang baru saja kita baca.

Biarlah dalam doa malam, kita juga meminta kepada Tuhan supaya Tuhan mengaruniakan kepada kita hati yang begitu merindukan kehadirat-Nya, sehingga dalam anugerah Tuhan kita boleh bangun pagi-pagi benar dengan penuh kerinduan mencari Tuhan dan menikmati waktu-waktu berkualitas kita bersama Tuhan, Seperti yang pernah Tuhan Yesus teladankan kepada kita dalam perjalanan-Nya di bumi.(tsh)

Tuhan Memberkati.

Sunday, April 1, 2018

Sudahkah kita mengalami kuasa kebangkitan-Nya?


Selamat Paskah!

Bersyukur untuk anugerah Tuhan karena kita boleh diijinkan memperingati hari kebangkitan Tuhan Yesus dengan aman dan damai di negeri tercinta Indonesia. Kita boleh kembali diingatkan bahwa kita punya Tuhan yang hidup, yang telah mengalahkan maut dan bangkit oleh kuasa-Nya karena Dialah Tuhan, ALLAH Maha Kuasa.

Kuasa kebangkitan yang juga boleh kita miliki karena karya-Nya yang memperdamaikan boleh menjadikan hati kita sebagai tempat bagi Tuhan Untuk tinggal dan bertahta. Kuasa kebangkitan yang boleh menghidupkan kita menjadi pemenang dalam menghadapi segala tantangan dunia yang tidak hanya ingin menjauhkan kita dari Tuhan, yang tidak hanya ingin membawa kita kepada kebinasaan tapi juga yang ingin membuat kita terpuruk dalam permasalahan dunia yang membuat kita kehilangan iman percaya kita. Tapi oleh kuasa kebangkitan Tuhan yang tinggal dalam hati kita, boleh membangkitkan kita untuk hidup dalam iman menjadi pemenang dari segala tantangan dunia, berkarya dan kemuliaan Tuhan boleh dinyatakan melalui hidup kita.

Jadi, Sudahkah kita mengalami kuasa kebangkitan-Nya?

Tapi, bagaimana kita mengalami kuasa kebangkitan-Nya jika kita tidak mengalami kematian terlebih dahulu? Kematian dari kedagingan kita sehingga kita boleh bangkit dan memperoleh hidup baru yang penuh kemenangan (Efesus 4 : 17-32). Menang dan bebas dari segala dosa serta keinginan-keinginan yang membinasakan. Menang dari segala keraguan dan ketakutan yang seharusnya berlalu oleh karena Tuhan yang penuh kuasa dan sanggup melakukan banyak perkara itu punya rancangan yang indah bagi setiap kita. Rancangan damai sejahtera yang memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan. 

Biarlah kita boleh menghidupi hari-hari kita ke depan bukan lagi sebagai anak-anak lemah yang kalah oleh keadaan. Tapi sebagai anak-anak yang hidup dalam kemenangan, menyatakan iman kita pada dunia dan nama Tuhan dimuliakan. (TSH)

Setelah kita belajar ini, bolehlah kita bernyanyi dengan penuh keyakinan : 

S'bab DIA hidup ada hari esok
S'bab DIA hidup ku tak gentar
Kar'na ku tahu DIA pegang hari esok
Hidup jadi berarti s'bab DIA hidup...

Tuhan memberkati