Sebuah Catatan dari Gunung Geulis, 20 - 22 April 2018. Saat mengikuti retreat Alone With God. Menikmati ajaran Tuhan dalam keheningan dan sejenak rehat dari segala kesibukan dan hiruk pikuk ibu kota.
Berawal dari kesedihan dan kegalauan membayangkan "Bagaimana jika nanti pada saat Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya, Dia berkata 'Aku tidak mengenal kamu', seperti cerita perumpamaan gadis-gadis bodoh dalam Mat 25 : 1 - 13." Betapa sedih dan sakitnya hati kita jika Pribadi yang kita sembah dan layani berkata demikian dalam sebuah pertemuan yang sudah lama dinanti-nantikan. Oleh karena hati kita sama sekali tidak tertuju pada-Nya.
Mungkin saat ini kita boleh dalam kondisi baik, tapi bagaimana dengan nanti? Dengan segala tawaran dunia yang menyesatkan masihkah kita setia pada akhirnya?
Pertanyaan yang mengganggu ini sedikit terpulihkan ketika seorang teman memberikan info sebuah retreat, Alone with God (Retreat of Silence) yang diadakan oleh Perkantas dengan tema Cultivating Your Inner Life with GOD. Mungkin ini jawaban dari Tuhan, sebuah anugerah untuk belajar bagaimana memiliki inner life, karena Tuhan melihat hati. Biarlah hati ini sungguh menyenangkan Tuhan.
Mungkin saat ini kita boleh dalam kondisi baik, tapi bagaimana dengan nanti? Dengan segala tawaran dunia yang menyesatkan masihkah kita setia pada akhirnya?
Pertanyaan yang mengganggu ini sedikit terpulihkan ketika seorang teman memberikan info sebuah retreat, Alone with God (Retreat of Silence) yang diadakan oleh Perkantas dengan tema Cultivating Your Inner Life with GOD. Mungkin ini jawaban dari Tuhan, sebuah anugerah untuk belajar bagaimana memiliki inner life, karena Tuhan melihat hati. Biarlah hati ini sungguh menyenangkan Tuhan.
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. (Amsal 4:23)
"Pernahkah anda bertanya mengapa saya mudah marah, jengkel, masa bodoh, pahit? Apa yang tampak dari luar atau outer life merupakan pancaran dari dalam diri atau inner life.
Inner life yang baik dan sehat akan penuh dengan sukacita, damai sejahtera, dan kebahagiaan. Sebaliknya, inner life yang sakit, rusak, dan bermasalah, akan berdampak pada perkataan, sikap, dan perbuatan yang negatif.
Kenyataannya, manusia lebih sering fokus kepada hal-hal yang bersifat lahiriah. Bahkan dalam disiplin rohani, hati yang rindu mencari Tuhan bukan menjadi fokus utama tetapi semata-mata sebagai kewajiban."
Demikianlah panitia retreat Alone with God ke-16 bertema Cultivating your Inner Life with God menyampaikan kata pengantarnya untuk mengajak anak-anak Tuhan mengikuti retreat ini. Betapa pentingnya kita memiliki kehidupan batiniah yang baik, bukan hanya karena dari situ terpancar kehidupan tapi karena yang Tuhan lihat adalah apa yang ada dalam hati kita. Jika kita memang ingin menyenangkan Tuhan baiklah kita memperindah apa yang ada dalam hati kita.
Ada 4 sesi yang disampaikan oleh bapak Ir. Tadius Gunadi, Mcs, mengajarkan kami bagaimana memiliki Inner Life yang baik dan sehat. Juga 5 sesi Retreat of Silence, masing-masing 1.5 jam untuk solitude, menikmati keheningan saat-saat teduh bersama Tuhan ditengah alam yang indah dan udara yang sejuk. Merenungkan firman Tuhan dan juga kehidupan yang sudah dijalani, mengoreksi diri dan mengakui kekeliruan yang sudah dilakukan, memahami diri sendiri dan menyadari kebergantungan kepada Tuhan. Lalu diakhiri dengan menuliskan komitmen yang ingin kita kerjakan sebagai disiplin dan kerinduan untuk semakin serupa dengan Yesus.
Berikut catatan saya selama ikut retreat ini, semoga menjadi pengingat buat saya dan kita juga bisa sama-sama belajar bagaimana meningkatkan kualitas inner life bagi kemuliaan Tuhan.
Manusia : Di depan mata (paras, perawakan, pendidikan, pengalaman, keterampilan)
Tuhan : Melihat hati (Roh, Batin, Jiwa)
Tuhan melihat hati Daud :
- Keberaniannya ( 1 Sam 17 : 34 – 36)
Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup."
- Iman : Hati yang percaya kepada Allah Maha Kuasa (1 Sam 17 : 37)
Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." Kata Saul kepada Daud: "Pergilah! TUHAN menyertai engkau."
- Pengharapan : Bersandar kepada kemampuan Allah (1 Sam 17 : 45)
Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.
- Kasih kepada Allah bukan kepada diri sendiri (1 Sam 17 : 26, 47)
Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: "Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?", Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.
Dalam 1 Sam 16 : 7 kita diajarkan bahwa Tuhan melihat hati, namun kenyataannya manusia lebih sibuk membenahi apa yang kelihatan manusia dibandingkan memperbaiki apa yang Tuhan lihat, yaitu hati kita. Dan betapa sedihnya ketika Tuhan Sendiri berkata bahwa hati manusia cenderung membuahkan kejahatan (Kej 6 : 5), dan bahkan dari sejak kecil yang ditimbulkan hati manusia adalah jahat. (Kej 8 : 21).
Namun fakta bahwa hati manusia jahat bukan menjadi alasan atau intimidasi untuk kita akhirnya tidak datang kepada Tuhan, putus asa karena kita selalu jatuh dalam hal menjaga hati, merasa berdosa dan tidak layak untuk memiliki relasi dengan Tuhan.
Kita memang tidak akan pernah layak dengan segala usaha yang kita lakukan, namun Tuhan Yesus telah melayakkan kita. Kematian-Nya diatas kayu salib untuk menggantikan kita, telah menghancurkan dinding pemisah antara kita yang berdosa dengan Tuhan yang Maha Kudus. Sehingga kita boleh mendekat pada-Nya dan memperoleh kekuatan untuk menang melawan kecenderungan hati kita yang jahat lewat setiap pertemuan yang kita khususkan, datang dalam kehadirat-Nya dan bersekutu dengan-Nya. Karena hanya oleh anugerah Tuhan saja kita boleh dibenarkan dan memiliki hati yang baru. Hati yang selalu siap untuk dibentuk dan dimurnikan bagi kemuliaan Tuhan. Oleh pertolongan Tuhan yang juga merasakan kelemahan-kelamahan kita. (Ibr 4 : 15 -16)
Yang kelihatan itu sementara. Yang tidak kelihatan itu kekal (2 Kor 4 : 18)
![]() |
SESI II
|
Kelicikan hati sudah natur manusia (Yer 17 : 9 – 10), firman Tuhan ini justru ditujukan bukan kepada orang kafir/fasik tapi kepada Yehuda (Kondisinya lebih “saleh”). Mengingatkan bahwa betapa kita memerlukan kasih karunia Tuhan untuk menjaga hati kita. Bukan karena kita sudah rajin baca Alkitab, berdoa, bahkan melayani lalu kita dianggap sudah tahan uji terhadap dosa. Dosa bersumber dari motivasi. Namun sayangnya motivasi sangat sulit diketahui orang, tapi Tuhan sangat tahu. Dan sayangnya lagi, kita seringkali mengukur pencapaian pelayanan kita dengan keterbatasan penglihatan manusia, "Seolah melakukan untuk Tuhan" namun ternyata sama sekali tidak ada Tuhan dalam setiap motivasinya. Dan ketika manusia tidak melihat hal itu, kita pun nyaman dalam dosa kita, dan malah mendukakan hati Tuhan.
Melayani Tuhan saja tidak cukup menunjukan bahwa kita hidup untuk Tuhan. Contohnya Yudas, Dia adalah salah satu dari 12 murid Tuhan Yesus yang tetap setia bahkan ketika banyak orang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Tuhan. (Yoh 6 : 66). 3 tahun melayani dan ikut Yesus, namun sepanjang waktu itupun dia mencintai uang, memikirkan diri sendiri bahkan mencuri. Yang membedakan Yudas dengan murid yang lain adalah motivasi.
Semua murid punya pemahaman teologis yang sama tapi beda motivasi. (Sama-sama punya iman, percaya sesuatu yang belum dilihat). Tapi ketika motivasinya hanya untuk kejayaan diri sendiri (self-centered), itu adalah kejahatan di mata Tuhan. Ketika murid yang lain percaya Yesus adalah Juru Selamat yang dijanjikan, dan mau melayani-Nya karena rasa hormat dan kasih. Yudas percaya dan menantikan Yesus akan menjadi Raja bagi bangsa Israel dan dia pun berharap memperoleh kejayaan sebagai murid seorang Raja. Namun akhirnya dia kecewa, kepercayaannya goyah ketika banyak orang mengungkit "keluarga" Yesus (Yoh 6 : 42), dan dia tidak memperoleh kejayaan yang dia nantikan sampai akhirnya dia pun menjual Yesus.
Melayani Tuhan, bahkan setia melayani Tuhan ketika goncangan datang tidak menjamin kita untuk tahan uji dan setia hidup dalam kebenaran Tuhan. Daging kita begitu lemah, bahkan dikatakan natur hati kita licik. Kita perlu hidup bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, dengan segala kerendahan memberikan hati kita untuk Tuhan selidiki dalam tuntunan-Nya, supaya tetap berjalan dalam kebenaran.
Jika aku dapat berbicara dalam bahasa-bahasa manusia dan para malaikat, tetapi tidak mempunyai kasih, aku adalah gong yang berbunyi dan canang yang gemerencing. Jika aku mempunyai karunia bernubuat dan mengetahui semua rahasia dan semua pengetahuan, dan jika aku memiliki semua iman untuk memindahkan gunung-gunung, tetapi tidak mempunyai kasih, aku bukanlah apa-apa. Jika aku memberikan semua hartaku untuk memberi makan kepada orang miskin, dan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada gunanya bagiku. -1 Kor 13 : 1 - 3
![]() |
SESI III
|
- Jaga (Natsar) : Peihara; melindungi; merawat; menyirami
- Hati (Leb) : Batin; Jiwa; kehendak; Pikiran
Tuhan Yesus dengan tegas menegur dalam Mat 23 : 25 – 26 untuk membersihkan apa yang ada dalam hati kita, bukan apa yang dilihat manusia.
- Dengan Segala Kewaspadaan :
- Kewaspadaan (Mishmar) : Kerajinan; ketekunan
- Hati kita rentan (mudah) tergoda, tertipu, dibutakan, menjadi tawar
- Karena dari situlah terpancar kehidupan
- Kehidupan (Chay) yang baik atau buruk sangat dipengaruhi kualitas hati kita: Kebaikan, kejahatan, kebahagiaan
Mengenal diri dan kelemahan kita akan membantu kita untuk waspada. Karena bagaimana kita bisa waspada, jika kita tidak mengenal diri kita bahkan tidak merasa punya kelemahan. Lagi-lagi kita perlu kerendahan hati untuk mau dinilai dan dikritik agar tau apa yang menjadi kelemahan kita, menjadi waspada dan segera berbalik ketika hati kita mulai jahat. Hingga akhirnya kita boleh memiliki hati yang indah, memancarkan kasih Tuhan lewat kehidupan kita.
Berikut kualitas hati yang dimiliki Ayub dan Rasul Paulus yang bisa jadi teladan kita untuk belajar apa yang berkenan buat Tuhan.
Belajar dari Ayub (Ayub 31) :
- Menjaga integritas (Ayub 31 : 3 – 6)
- Memelihara kehidupan Seksual (Ayub 31 : 7 – 12)
- Merawat hati yang peduli sesama (Ayub 31 : 13 – 23)
- Menjaga hati tidak matrealistis (Ayub 31 : 24 – 28)
- Mengasihi musuh dan orang asing (Ayub 31 : 29 – 32)
- Hidup transparan dan suci (Ayub 31 : 33 – 37)
- Berlaku adil dalam usaha (Ayub 31 : 38 – 40)
Belajar dari Rasul Paulus ( 1 Tes 2 : 1 – 12)
- Memelihara motivasi yang murni (4)
- Allah adalah saksi, Ia menguji hati (4, 5)
![]() |
SESI IV
|
Perjumpaan dengan Tuhan dan hati yang suci sepertinya adalah 2 hal yang tidak dapat terpisahkan. Perjumpaan dengan Tuhanlah yang menguduskan kita, dan orang yang suci hatinya dikatakan akan melihat Allah.
Bagaimana kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan, jika kita tidak mencari Dia?
Betapa pentingnya saat teduh berkualitas untuk menyiapkan hati kita siap mengadapi tantangan dunia lewat segala aktivitas kita. Memperkuat pengutusan kita di tempat kerja masing-masing bahkan dalam perjalanan dan sepanjang hari yang akan kita hadapi. Menjadikan kita sungguh anak-anak terang yang terangnya tidak meredup ditengah gelapnya dunia.
Untuk presentasi dalam bekerja saja kita mempersiapkannya dengan sangat baik. Terlebih lagi ketika kita akan mempresentasikan hidup kita sebagai anak-anak Tuhan ditengah dunia yang jahat. Bukankah lebih lagi kita perlu persiapan yang serius untuk memperoleh kekuatan yang boleh kita dapatkan ketika kita bersekutu dengan Tuhan. Melalui firman yang menuntun langkah kita dan doa-doa yang boleh kita naikan sebagai iman bahwa kita sungguh-sungguh memerlukan pertolongan Tuhan menghadapi segala hal di sepanjang hari yang akan kita lalui.
πΆπΆπ΅
Search me O God, and know my heart today. Try me o Savior, know my thought I pray. See if there be some wicked way in me. Cleanse me from every sin, and set me free.
πΆπΆπ΅
Lord, take my life and make it wholly Thine. Fill my poor heart with Thy great love divine. Take all my will, my passion, self and pride. I now surrender, Lord in me abide.
πΆπΆπ΅
Lord, take my life and make it wholly Thine. Fill my poor heart with Thy great love divine. Take all my will, my passion, self and pride. I now surrender, Lord in me abide.
Jika memang seluruh hidup kita terpancar dari hati kita, maka menyerahkan hati kepada Tuhan berarti juga kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya, keinginan kita, kebanggaan kita bahkan mimpi kita. Lagipula Apalah arti hidup kita jika tanpa Tuhan? Yang mengenal kita bahkan mengasihi kita, karena kita ini buatan tangan-Nya. Biarlah seluruh hidup kita menyenangkan hati Tuhan.





