Thursday, May 10, 2018

Cultivating Your Inner Life With GOD

Sebuah Catatan dari Gunung Geulis, 20 - 22 April 2018. Saat mengikuti retreat Alone With God. Menikmati ajaran Tuhan dalam keheningan dan sejenak rehat dari segala kesibukan dan hiruk pikuk ibu kota.

Berawal dari kesedihan dan kegalauan membayangkan "Bagaimana jika nanti pada saat Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya, Dia berkata 'Aku tidak mengenal kamu', seperti cerita perumpamaan gadis-gadis bodoh dalam Mat 25 : 1 - 13." Betapa sedih dan sakitnya hati kita jika Pribadi yang kita sembah dan layani berkata demikian dalam sebuah pertemuan yang sudah lama dinanti-nantikan. Oleh karena hati kita sama sekali tidak tertuju pada-Nya.

Mungkin saat ini kita boleh dalam kondisi baik, tapi bagaimana dengan nanti? Dengan segala tawaran dunia yang menyesatkan masihkah kita setia pada akhirnya?

Pertanyaan yang mengganggu ini sedikit terpulihkan ketika seorang teman memberikan info sebuah retreat, Alone with God (Retreat of Silence) yang diadakan oleh Perkantas dengan tema Cultivating Your Inner Life with GOD. Mungkin ini jawaban dari Tuhan, sebuah anugerah untuk belajar bagaimana memiliki inner life, karena Tuhan melihat hati. Biarlah hati ini sungguh menyenangkan Tuhan.

Thursday, May 3, 2018

Allah itu Baik





Alkitab berisi tentang kisah orang-orang pilihan yang "kita sebut sangat diberkati", bukan karena mereka hidup dalam kelimpahan materi versi dunia tapi kelimpahan kasih Tuhan yang tercurah lewat pengalaman mereka bersama Tuhan menghadapi setiap permasalahan hidupnya. Yusuf, Daniel, Rut, rasul Paulus ...

Bahkan Ayub pada akhir segala macam kesengsaraan yang datang bertubi-tubi padanya, boleh mengalami sebuah perjumpaan dengan Allah (Ayub 38-42). Sebuah berkat yang indahnya tak tertandingi oleh apapun.

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Ayub 42:5

Ketika kita meresponi kesengsaraaan dengan ketekunan, kita sedang melatih diri untuk menjadi orang yang mampu merespon kesengsaraan dengan pengharapan akan Tuhan. Dan pengharapan itu tidak mengecewakan. Sampai kita boleh menjalani kehidupan ini dengan perkataan iman : Semua Baik.

Roma 5:3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 5:4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5:5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

Relasi kita dengan Tuhan menjadi semakin sempurna ketika kita mengenal Tuhan bukan hanya lewat pembacaan firman Tuhan tapi juga saat firman itu boleh kita lakukan dengan tekun untuk semakin kita pahami; bukan juga karena menikmati hadirat Tuhan lewat doa-doa yang kita naikan di waktu-waktu khusus saat bersekutu dengan-Nya tapi juga lewat perjumpaan dengan Tuhan saat kita menyaksikan kuasa Tuhan nyata dalam setiap perbuatan-Nya, memberikan pertolongan saat kita tak mampu melewati berbagai kondisi yang harus kita hadapi, mengalami dengan nyata bahwa pengharapan dalam Tuhan tidak mengecewakan.
Jika kekristenan adalah sebuah relasi antara kita dengan Tuhan, bagaimana bisa kita disebut memiliki relasi dengan Tuhan jika kita "mengenal/mengetahui" tentang Tuhan hanya dari kata orang?

Jika segala sesuatu membuat kita semakin mendekat kepada Tuhan, semakin mengenal pribadi-Nya dan menikmati keindahan-Nya, bukankah berarti segala sesuatu itu indah? Semua Baik. Allah itu baik. Biarlah kebenaran bahwa Allah itu baik juga bukan hanya kita nikmati sendiri, tapi hidup kita juga boleh menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Allah itu sungguh baik.